ERA KERAJAAN WOLIO DAN AWAL KESULTANANAN BUTON

Posted by Lucken Balepex Senin, 30 September 2013 0 komentar




TERBENTUKNYA KERAJAAN
Terbentuknya kerajaan Wolio erat kaitannya dengan kedatangan Miapatamiana yaitu empat armada pada abad XIII yaitu Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, dan Sijawankati. Para kepala armada tersebut setelah saling mengenal, kemudian mengadakan musyawarah untuk mempersatukan diridengan mendirikan perkampungan, maka diperintahkanlah pengikutnya untuk melakukan Welia (tebas pada suatu tempat), yang kemudian menjadi asal kata Wolio yang berarti membuat perkampungan.
          Tidak lama kemudian datang Wakaka yang dikawal oleh Dungku Cangia, yang kemudian dijemput oleh segenap kelompok masyarakat tersebut dengan usung ketempat perkampungan mereka yang kemudian dinamai Lalemangura yang dikelilingi oleh Kepala-Kepala yang datang sebelumnya dalam Keraton Wolio sekarang ini. Tempat menginjakkan kaki pertama kali ditanah Buton ini kemudian disebut "Batu Popaua" yang kemudian dijadikan sebagai tempat pelantikan Raja/ Sultan selanjutnya.
          Armada lain yang dating kemudian adalah Armada yang di pimpin oleh Sibatara yang dikatakan dari Majapahit, datang pula kemudian Armada yang dipimpin oleh Banca Patola dari Melayu, dan Armada Kaundoro dari Batukara Sumatra. Batukara kemudian dikawinkan dengan Wekaka berdasarkan kesepakatan kepala-kepala armada tersebut. Dari sinilah lahirnya Kerajaan Wolio dimana Wakaka diangkat sebagai Raja/ Ratu I, Sipanjonga, Simalui, Sitamanajo, dan Sijawangkati menjadi Lakina Muna I, Dungku Cangia menjadi Raja Tobe-Tobe, Raubesi diangkat menjadi Lakina Kamaru. Kaundoro dan Sangia Riarana menjadi pengawal raja.
          Dasar Pemerintahan Wolio adalah Foromu Yinda Sangu : Pogo Yinda Kolota (bersatu tidak terpadu bercerai tidak berantara) sedang falsafah hdupnya : Poma-Masiaka : wangka angkataka. Poopia- piara : pomae-maea = saling kasih mengasihani:  saling hormat menghormati : saling pelihara : saling malu memalui.

Baca Selengkapnya ....

Sejarah Terbentuknya Sulawesi Tenggara

Posted by Lucken Balepex Kamis, 26 September 2013 2 komentar



         Celebes Tenggara atau Sulawesi tenggara sebagai suatu istilah geografis telah dikenal beberapa abad yang lalu. Dalam perjanjian antara Sultan Buton Dayanu Ikhsanuddin laelangi dengan Apollonius Schot dari VOC Belanda tanggal 5 januari 1613. Kesultanan Buton disebutkan, terletak di Zuid Oost Celebes atau Sulawesi Tenggara. A Ligtvoet, dalam bukunya: Beschrijving en Geschiedenis Van Buton, 1877 menyebutkan jazirah Sulawesi Tenggara dengan ( Het Zuidoostelijk Schiereiland Van Celebes ). Doctor Paul dan Frits Sarasin, dua bersaudara adalah orang-orang Eropa pertama yang mengunjungi daerah ini menulis dengan buku mereka berjudul “ Reise von der Miengkoka Baai nach Kendari, Zuidoost Celebes “ pada tahun 1903.


         Kemudian H.Van Her Klift seorang pendeta yang pernah tingggal di Mowewe, menulis dua buah buku masing-masing berjudul : “ De Ontwikeling Van het Zendingwerk op Zuil Oost-Celebes (1918)dan yang kedua “ huidege Stand Van het Zeendings op Zuid Oos-Celebes (1925) telah menggunakan istilah atau nama “Sulawesi Tenggara” untuk wilayah ini. Dr.Alb C. Kruyt, pada tahun 1920 pernah mengadakan penelitian di daerah Kolaka dan kendari dan Menulis buku yang berjudul “Een en Ander Over Tolaki van Mekongga ( Zuidoost Celebes ), atau sesuatu tentang orang Tolaki dari Mekongga, Sulawesi Tenggara, 1922. Dr. Johanes Elbert menulis buku “Die Sunda Expedition Jilid I diterbitkan di Frankfurt, 1911; telah menggunakan istilah Sudost-Zipfel Von Celebes artinya wilayah semenanjung Tenggara dari Sulawesi. Tetapi , jauh sebelumnya 1911, yakni tahun 1524-1587 (lebih empat ratus tahu yang lalu) dalam menceritakan tentang kedatangan bangsa Portugis dan Spanyol di daerah ini, pada waktu itu telah dipergunakan istilah Sudoost Celebes (Sulawesi Tenggara) untuk daerah Buto, Muna dan Pulau sekitarnya serta semenanjung Sulawesi bagian Tenggara, “ Johannes Elbert ”, (1911 : 9-10).

       Hal ini diperkuat oleh A. Ligtvoet dalam bukunya “Beschrijving en Geschiedenis van Boeton, Het Zuidoostlijk Schiereiland Van Celebes”, terbit 1877. “Sulawesi Tenggara” menjadi istilah politik (administrasi pemerintahan) sejak tahun 1938, ketika Afdeling Buton dasn Laiwoi dirubah menjadi Sulawesi Tenggara dengan ibukotanya Bau-Bau.

       Pada awal kemerdekaan Sulawesi Tenggara masuk dalam wilayah Provinsi Sulawesi (Groote Oost) sebagai salah satu provinsi dari 8 (delapan) provinsi yang dibentuk berdasarkan siding Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 dengan ibukotanya Makassar yang di pimpin seorang Gubernur. Sekitar tahun 1959 diadakan pemekaran menjadi dua provinsi, yaitu Provinsi Sulawesi Utara/Tengah dan Provinsi Sulawesi Selatan/Tenggara. Berdasarkan PP No. 64 tanggal 27 April 1964 daerah Sulawesi Tenggara yang terdiri dari 4 (empat) kabupaten, yakni Kendari, Kolaka, Buton dan Muna menjadi satu provinsi yakni Sulawesi Tenggara dengan ibukotanya Kendari.

(Prof. DR. H. Rustam Tamburaka, M.A.et. al.  “Sejarah Sulawesi Tenggara & 40 tahun Sultra Membangun” )

Baca Selengkapnya ....
Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Sejarah Sulawesi Tenggara Dan Budaya Suku Tolaki.

Total Tayangan Halaman